"

Kamis, 17 Februari 2011


Angka Kematian Ibu Melahirkan di 13 Provinsi Masih Tinggi

Koalisi Perempuan Indonesia mendesak pemerintah segera meningkatkan sarana dan prasarana bersalin di 13 provinsi di mana angka kematian ibu melahirkan masih tinggi.

Angka Kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan saat ini mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, saat ini terdapat 13 provinsi yang angka kematian ibu melahirkannya tinggi. Ketigabelas provinsi tersebut di antaranya adalah Papua dan Nusa Tenggara Timur.
Anggota Divisi Reformasi Kebijakan dari Koalisi Perempuan Indonesia, Dewi Komala Sari, menjelaskan bahwa salah satu penyebab kematian ibu hamil ketika melahirkan di antaranya adalah masih minimnya sarana dan prasarana bersalin termasuk tenaga medis yang memadai.
Bila angka kematian ibu melahirkan tidak menurun, Indonesia akan gagal mencapai salah satu Tujuan Pembangunan Milenium yang ditetapkan PBB.
(AP Photo/Charles Dharapak)
Bila angka kematian ibu melahirkan tidak menurun, Indonesia akan gagal mencapai salah satu Tujuan Pembangunan Milenium yang ditetapkan PBB.

Selain minimnya ketersediaan fasilitas dan tenaga medis yang memadai, pertolongan persalinan yang diberikan oleh petugas kesehatan terlatih terutama bidan yang belum merata, dan ini juga mempengaruhi meningkatnya angka kematian ibu melahirkan.
Untuk itu, kata Dewi Komala Sari, Koalisi Perempuan Indonesia mendesak pemerintah segera meningkatkan sarana dan prasarana bersalin termasuk tenaga medis yang memadai di 13 provinsi yang angka kematian ibu melahirkannya masih tinggi.
Selain itu, pemerintah juga harus melakukan sosialisasi terkait dengan kesehatan reproduksi perempuan secara baik.
Jika hal tersebut tidak segera dilakukan, maka menurut Dewi Komala Sari, Indonesia akan sangat sulit mencapai target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) yang dicanangkan PBB,  di mana kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka 103 per 100 kelahiran hidup pada tahun 2015.
"Mereka tidak boleh menggunakan dukun beranak, sementara bidan desa juga tidak ada di desa-desa," ujar Dewi Komala Sari. "Dokter kandungan, dokter spesialis itu lebih jarang lagi."
Koordinator Program Nasional United Nations Population Fund di Jakarta atau Organisasi PBB untuk mempromosikan hak setiap perempuan, laki-laki dan anak, Lany Harijanti, menilai kebijakan pemerintah untuk mendukung angka kematian ibu melahirkan sudah mencatat kemajuan berarti.
Beberapa waktu lalu, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan untuk memberikan jaminan ibu melahirkan gratis di Indonesia tanpa melihat status ekonominya.

Tetapi, kebijakan yang baik dari pemerintah pusat tersebut tidak diikuti secara baik oleh sejumlah pemerintah daerah. "Desentralisasi juga menjadi salah satu kendalanya," tambah Lany Harijanti. "Banyak pemerintah daerah yang tidak mengagendakan MDG itu sebagai salah satu poin penting."
Utusan Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk Tujuan Pembangunan Milenium, Nila Juwita Moeloek, mengakui saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Tapi pihaknya, kata Nila, akan terus meningkatkan kerja sama baik dengan lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan maupun dengan kementerian-kementerian untuk pencapaian MDGs tahun 2015.
"Akses jalan, transportasi, saya kira itu perlu sekali. Bagaimana orang daerah mau berobat ke kota besar kalau mereka tidak mempunyai akses transportasi?," tanya Nila Moeloek. Pengisian dokter-dokter di daerah-daerah sulit dan terpencil, tambah Nila, dapat dilakukan dengan memberikan perhatian yang lebih kepada dokter yang mau bekerja di lokasi-lokasi tersebut.


 Sumber : http://www.voanews.com/indonesian/news/Angka-Kematian-Ibu-Melahirkan-di-13-Provinsi-Masih-Tinggi-114164109.html
Read more »

Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengembangkan teknologi pengelolaan limbah buah menjadi biogas yang dapat digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik.
"Instalasi biogas itu dibangun di Pasar Buah Gemah Ripah Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," kata Koordinator Program Waste Refinary Universitas Gadjah Mada (UGM) Siti Syamsiah di Yogyakarta, Rabu (9/2).

Menurut dia, instalasi yang telah ada itu dapat digunakan untuk mengolah limbah di Pasar Buah Gemah Ripah berupa buah-buahan busuk untuk dijadikan biogas yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menghidupkan listrik.

"Pasar Buah Gemah Ripah setiap hari menghasilkan empat ton limbah buah busuk. Limbah buah yang ada selama ini tidak pernah dimanfaatkan dan langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir," katanya.
Dia mengatakan melalui instalasi biogas itu, empat ton sampah buah yang dihasilkan setiap hari di pasar tersebut dikonversi menjadi biogas sebanyak 333 newton kubik meter per hari.

"Biogas yang dihasilkan telah dipakai sebagai bahan bakar untuk menggerakkan generator listrik. Listrik yang dihasilkan mampu mensuplai sebagian besar kebutuhan listrik di kawasan Pasar Buah Gemah Ripah" katanya.

Menurut dia, daya listrik yang dibangkitkan sebesar 548 kwh per hari itu bisa memenuhi kebutuhan listrik sekitar 500 kepala keluarga.

"Saat ini telah dibangun dua unit digester (alat untuk memfermentasi sampah buah menjadi biogas) yang dalam satu pekan mampu menghidupkan listrik untuk penerangan sebagian besar kios-kios di pasar buah tersebut" katanya.

Selain itu, juga mampu menerangi jalan-jalan di sekitar kawasan pasar. Biodigester dibangun di bawah permukaan tanah dengan diameter delapan meter dan tinggi delapan meter.

Dia mengatakan, pengembangan teknologi pengolahan sampah menjadi biogas itu bekerja sama dengan pemerintah Swedia yang memberikan bantuan sebesar Rp1,6 miliar untuk pembangunan konstruksi biogas dan penelitian.

"Untuk penyediaan genset dan jaringan listrik difasilitasi Pemerintah Kabupaten Sleman dan UGM mendukung melalui sejumlah penelitian mengenai pembuatan biogas dari sampah buah," katanya.

Menurut dia, teknologi yang dikembangkan mengadopsi teknologi pengelolaan sampah yang telah dilakukan di Swedia. Namun demikian, pemanfaatan teknologi tetap menyesuaikan kondisi lokal di Indonesia.

"Teknologi pengelolaan sampah menjadi biogas itu ditransfer dari Swedia, salah satu negara yang sudah menerapkan teknologi tersebut," katanya.(ant/waa)


Sumber : http://www.erabaru.net/iptek/55-iptek/23131-ugm-kembangkan-teknologi-biogas-buah

Read more »