"

Selasa, 08 Maret 2011

AL-KHAWARIZMI "BAPAK ALJABAR"

Mungkin kita sudah sering mendengar istilah algoritma, Dalam kamus besar bahasa Indonesia algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. Sebenarnya nama algoritma diambil dari nama julukan penemunya yaitu al-Khawarizmi seorang matematikawan muslim yang dilahirkan di Khawarizm, Uzbekistan.
Al-Khawarizmi (Khawarizm,Uzbekistan, 194 H/780 M-Baghdad, 266 H/850 M). Ilmuwan muslim, ahli di bidang ilmu matematika, astronomi, dan geografi. Nama lengkapnya adalah Abu Ja'far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi dan di barat ia lebih dikenal dengan nama Algoarisme atau Algorisme.
Karya Aljabarnya yang paling monumental berjudul al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabalah (Ringkasan Perhitungan Aljabar dan Perbandingan) Dalam buku ini diuraikan pengertian-pengertian geometris. Ia juga menyumbangkan teorema segitiga sama kaki yang tepat, perhitungan tinggi serta luas segitiga, dan luas jajargenjang serta lingkaran. Dengan demikian, dalam beberapa hal al-Khawarizmi telah membuat aljabar menjadi ilmu eksak.
Buku ini diterjemahkan di London pada tahun 1831 oleh F. Rosen seorang matematikawan Inggris, kemudian diedit ke dalam bahasa Arab oleh Ali Mustafa Musyarrafa dan Muhammad Mursi Ahmad, ahli matematika Mesir, pada tahun 1939. Sebagian dari karya al-Khawarizmi ini pada abad ke-12 juga diterjemahkan oleh Robert, matematikawan dari Chester, Inggris, dengan judul Liber Algebras et Al-mucabola (Buku Aljabar dan Perbandingan), yang kemudian diedit oleh L.C. Karpinski, seorang matematikawan dari New York, Amerika Serikat. Gerard dari Cremona (1114–1187) seorang matematikawan Italia, membuat versi kedua dari buku Liber Algebras di atas dengan judul De Jebra et Almucabola (Aljabar dan Perbandingan). Buku versi Gerard ini lebih baik dan bahkan mengungguli buku F. Rozen.
Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut sifr. Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan seperti ini tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka arab, termasuk angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi.
Karya lain dari al-Khawarizmi adalah geografi yang berjudul Kitab Surah al-Ard (Buku Gambaran Bumi). Buku ini memuat daftar koordinat beberapa kota penting dan ciri-ciri geografisnya. Kitab ini secara tidak langsung mengacu pada buku Geography yang disusun oleh Claudius Ptolomaeus (100–178), ilmuwan Yunani. Namun beberapa kesalahan dalam buku tersebut  dikoreksi dan dibetulkan oleh al-Khawarizmi dalam bukunya Zij as-Sindhind sebelum ia menyusun Kitab  Surah al-Ard.
Dari beberapa bukunya al-Khawarizmi mewariskan beberapa istilah matematika yang masih banyak dipergunakan hingga kini, seperti sinus, kosinus, tangen dan kotangen.
Karya-karya al-Khawarizmi di bidang matematika sebenarnya banyak mengacu pada tulisan mengenai aljabar yang disusun oleh Diophantus (250 SM) dari Yunani. Namun, dalam meneliti buku-buku aljabar tersebut al-Khawarizmi menemukan beberapa kesalahan dan permasalahan yang masih kabur. Kesalahan dan permasalahan ini diperbaiki, dijelaskan, dan dikembangkan oleh al-Khawarizmi dalam karya-karya aljabarnya. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila ia dijuluki "Bapak Aljabar". Bahkan menurut Gandz, matematikawan Barat dalam bukunya The Source of al-Khawarizmi's Algebra, al-Khawarizmi lebih berhak mendapat julukan "Bapak Aljabar" dibandingkan dengan Diophantus karena dialah orang pertama yang mengajarkan aljabar dalam bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal-hal yang berkaitan dengannya. Di bidang ilmu ukur, al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma serta hitungan desimal. Namun beberapa sarjana matematika Barat, seperti John Napier (1550–1617) dan Simon Stevin (1548–1620), menganggap penemuan di atas merupakan hasil pemikiran mereka.

Read more »

Abbas Ibnu Firnas

Abbas Ibnu Firnas, atau 'Abbas Qasim Ibnu Firnas (810-887 AD) (bahasa Arab: العباس بن فرناس) adalah seorang teknolog Berber [1] kemanusiaan,, dan ahli kimia yang tinggal di Kekhalifahan Umayyah dari Córdoba di Al-Andalus.
Pada 822, seorang Khalifah baru bernama 'Abd al-Rahman II naik takhta, dan ia mulai berkumpul bersama orang yang berbakat. Dia mulai dengan musisi Irak bernama Ziryab yang memupuk perkembangan ilmu-ilmu. Satu lagi adalah astronom muda dan penyair Abbas Ibnu Firnas.
Pada 852, di bawah Khalifah baru, pemberani bernama Armen Firman memutuskan untuk terbang sebuah menara di Cordoba dengan menggunakan jubah winglike besar untuk istirahat kejatuhannya. Dia selamat dengan luka ringan, dan Ibnu Firnas muda di sana untuk melihatnya. Ini dianggap sebagai parasut pertama.
Seperti Ziryab, Ibnu Firnas bekerja di berbagai macam perusahaan. Ia belajar di kimia, fisika, dan astronomi. Dia mendirikan tabel astronomi, menulis puisi, dan merancang jam air yang disebut Al-Maqata. Dia juga menyusun cara pembuatan kaca dari pasir, dan ia mengembangkan rantai cincin yang dapat digunakan untuk menampilkan gerakan planet-planet dan bintang-bintang. Ia juga mengembangkan suatu proses untuk memotong batu kristal. Sampai kemudian, hanya orang Mesir tahu bagaimana segi kristal. Setelah itu Spanyol tidak lagi diperlukan untuk mengekspor quartz ke Mesir, tetapi bisa menyelesaikannya di rumah.
Dalam 875 pada usia 65 tahun, Ibnu Firnas membangun glider sendiri, dan meluncurkan diri dari gunung. Penerbangan ini sangat berhasil, dan secara luas diamati oleh orang banyak bahwa ia telah diundang. Namun, pendaratan itu buruk. Dia terluka punggungnya, dan meninggalkan kritikus mengatakan ia tidak mengambil rekening yang tepat dari cara burung tarik ke dalam kios, dan mendarat di ekor mereka. Dia tidak memberikan ekor, atau berarti untuk seperti manuver. Ia meninggal dua belas tahun kemudian.
"Ibnu Firnas adalah orang pertama dalam sejarah untuk membuat upaya ilmiah pada terbang." -Philip Hitti, History of the Arab.
Sebagai Barat mengajar anak-anak mereka tentang Wright Brothers, negara-negara Islam memberitahu mereka tentang Ibnu Firnas, seribu tahun sebelum Wright-meskipun pesawat tidak bertenaga. Libya menghasilkan prangko menghormati dia. Irak dibangun patung dalam ingatannya dalam perjalanan ke Baghdad International Airport, dan Ibnu Firnas Bandara di sebelah utara Baghdad adalah nama untuk dia.
Ibnu Firnas kawah di Bulan ini juga dinamai untuk menghormatinya.
Read more »